Rabu, 03 November 2010

Contoh wacana ilmiah dan non ilmiah

Wacana ilmiah
Perumusan dan penerapan metode elemen hingga dianggap terdiri dari delapan langkah dasar. Langkah-langkah tersebut akan diuraikan dengan cara yang sangat umum. Sifat distribusi dari akibat-akibat yang ditimbulkan dalam suatu benda tergantung dari karakteristik istem gaya dan benda itu sendiri. Tujuan selanjutnya akan dipakai istilah perpindahan atau deormasi sebagai pengganti istilah akibat.
Diasumsikan adalah sulit untuk mencari distribusi u dengan memakai metode-metode konvensional dan diputuskan untuk memakai meode elemen hingga yang didasarkan pada konsep diskritisasi. Benda dibagi menjadi sejumlah elemen kecil yang dinamakan elemen-elemen hingga. Akibat pembagian(subdivisi) semacam ini adalh perpindahan turut didiskritisasi menjadi sub-sub zona yang bersesuaian.sekarang elemen-elemen hasil pembegian diatas menjadi lebih mudah untuk ditinjau, ibandingkan dengan peninjauan seluruh benda dan distribusi u pada benda tersebut.
Pemeriksaan terhadap elemen-elemen, akan melibatkan uraian hubungan kekakuan beban. Untuk mendapatkan hubungan semacam ini dipakai hokum dan prinsip yang mengatur sifat benda.perhatian utma adalah mencari distribusi u. untuk melakukan dibuat pemilihan pola, bentuk atau bagan distribusi u pada suatu elemen. Contohnya ada satu hokum yang menyatakan supaya suatu benda yang dibebani dapat diandalkan dan fingsional, maka dia tidak boleh paah dimanapun dalam daerah kerjanya. Dengan kata lain, benda harus tetap continuous. Beriku adalah beberapa langkah yang dibicarakan dalam pernyataan-pernyataan kualitatif diatas:

- diskritisasi dan memilih konfigurasi elemen
- memilihmodel atau fungsi pendekatan
- menentukan hubungan regangan(gradient)perpindahan(yang tak diketahui) dan tengangan regangan
- menurunkan persamaan-persamaan elemen

Wacana non ilmiah
Aku merasa rendah diri. Aku merasa tak punya kemampuan apapun dari segala bidang. Apa yang bisa kulakukan? Aku seperti orang tak berguna. Mungkin… telah lama aku kehilangan rasa percaya diriku, dan aku tak menyadarinya.
Bagaimana caraku untuk mendapatkan rasa percaya diriku kembali? Sebenarnya aku trauma dengan apa? Aku takut dengan apa? Oh! Aku bingung! Astaghfirullah…
Aku seperti menangis sendiri kesepian di dalam tiap senyumku. Oh… aku benar-benar merasa bagai orang tak berguna! Aku masih belum bisa mengatasi perasaan minderku sendiri. Bagaimana ini ya Allah?
Sampai di usiaku yang telah menginjak 16 tahun ini aku masih bingung. Apa keistimewaanku? Aku hanyalah seorang perempuan yang rapuh… dan tak punya keistimewaan apapun. Astaghfirullahal’adzim… Astaghfirullah… Astaghfirullah… Kemanakah semangatku yang membara itu pergi?
Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan. Aku masih punya banyak kekurangan. Tapi… aku sangat bangga menjadi orang Islam. Menjadi seorang muslimah… apakah itu dapat disebut sebagai kelebihan? I don’t know!
* * *
Seperti pada hari-hari sebelumnya, matahari terbit menyinari bumi. Alhamdulillah. Waktu terus berputar tanpa menghiraukan orang-orang sekitar. Tak terasa waktu pulang sekolah telah diambang pintu.
Kembali aku tersenyum kepada dunia yang telah 16 tahun ‘membesarkanku’. Tak seperti biasanya, hari ini sepulang sekolah aku makan soto di warung. Ditraktir. Berlanjut ke jalan-jalan menyusuri jalanan kota dengan naik bus.
Bersama ke-6 kawanku, kami menjejakkan kaki ke swalayan ternama di kota kami. Minum es teh bareng (satu cup es teh buat rame-rame), makan donat unil bareng, makan rujak bareng. Wah! Subhanallah… memang sangat nikmat ya bila kita berbagi. Apalagi menghabiskan waktu bersama dengan yeman-teman, benar-benar terasa seru dan asyik!
Sepulangku dari swalayan ternama tersebut, aku turun di Krapyak setelah naik bus jurusan Mangkang. Kemudian menanti bus jurusan Pasadena. Oh! So long!
Tiba-tiba tanpa kusadari, muncul seorang nenek yang berjalan dengan tertatih-tatih. Nenek tersebut membawa sejumlah barang belanjaan di punggungnya. tersentuh hatiku untuk menuntun si nenek. Ketika kutuntun, nenek tersebut meminta uang Rp 1000,- kepadaku untuk tambahan ongkos naik becak. Tanpa ragu langsung kuberi Rp 2000,-. Aku kembali menuntunnya sampai ke pangkalan becak motor. Setelah hampir dekat ke pangkalan becak motor, nenek tersebut berkata kalau ternyata duitnya masih kurang. langsung kuberi Rp 2000,- lagi. Alhamdulillah aku ada uang untuk diberikan ke nenek tersebut.
Sampai di depan becak motor yang akan dia tumpangi, aku membantu meletakkan belanjaannya ke atas becak motor tersebut. “Matur nuwun yo, nduk!” ,ucap si nenek. “Nggih, sami-sami mbah.” jawabku sambil tersenyum.
“Dek, ayo naik sekalian.” ucap Pak pengendara becak motor itu menawariku.
“He-eh, nduk. Sekalian aja.” ucap si nenek juga menawariku. Dan akhirnya aku ikut numpang sekalian. Karena sewaktu aku menuntun si nenek menuju pangkalan becak motor, ada bus jurusan Pasadena lewat (bus yang tadi kunanti).
Si nenek turun di jembatan dekat kawasan. “Matur nuwun yo, nduk.” ucapnya sambil tersenyum.
“Nggih, mbah.” jawabku. “Cah iki ter no tekan kono yo! Eh… tulung iki gendongno!” ucap si nenek menyuruh pak ojek (becak motor) untuk mengantarku, terus si nenek minta tolong supaya belanjaannya ditaruh di punggungnya.
“Makasih ya, Pak!” ucapku setelah turun dari becak motor. “Ya!” jawab Pak Ojek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar