Rabu, 03 November 2010

MENCARI DAN MENGGUNAKAN KEKAYAAN DENGAN BENAR

Yakobus 5 : 1-6
Salahkah orang Kristen bekerja dengan rajin (mencari) dan kemudian menajdi kaya? Tidak salah. Yang salah jika dalam mencari kekayaan lebih mengutamakan mencari kekayaan itu sendiri daripada mencari Tuhan,menghalalkan segala cara supaya menjadi kaya. Harta pada dasarnya tidak jahat tetapi dapat berbahaya, harta dapat berubah menjadi jahat jika jatuh pada pada orang jahat,tetapi bisa menjadi yang paling baik kalau jatuh kepada kepada orang yang baik. Oleh karena itu, harta seharusnya dapat berfungsi menjadi alat untuk semakin peka terhadap rasa kebersamaan diantara sesama dengan tidak untuk menjadikan sombong.
Ada beberapa dosa orang kaya dan akibatnya yang disebutkan dalam nats ini:
1.Mengumpulkan harta/uang dan menjadikanya tujuan akhir. Ini yang disebut cinta uang/harta dan ini dosa.
2.Menahan upah buruh ( Ulangan 24 : 14-15 ) dengan tidak memperdulikan hukum Tuhan. Dalam usaha mereka untuk menjadi lebih kaya, mereka tidak segan-segan menindas dan merugikan orang lain bahkan berusaha mendapatkan harta dengan cara tidak adil.
3.Hidup berfoya-foya dan memuaskan hati mereka setiap hari.
4.Menghukum dan membunuh orang benar.
Akibat sikap dan perbuatan orang kaya,menyebabkan Allah bertindak. Apakah tindakan Allah??
1.Memberi kesengsaraan, mereka meratap dan menangis, bukan saja nanti setelah kematian, tetapi juga di dalam hidup dengan tidak adanya kedamaian,mengalami kegelisahan, kekuatiran,kekosongan dalam hati, kesumpekan, stress karena pekerjaan, penyakit dan berbagai problem lain.
2.Menghancurkan kekayaan mereka karena Allah berkuasa untuk menghancurkan harta dari orang-orang kaya itu. Allah dapat menghancurkan berbagai kekayaan itu dengan berbagai cara, karena semua kekayaan itu bersifat fana, tidak kekal. Ia hanya berguna selama hidup di dunia ini dan kegunaanya sangat terbatas.
Oleh karena itu, ajakan nats ini adalah agar senantiasa “mencari dan menggunakan kekayaan dengan benar”. Hati-hati, ketika kekayaan berfungsi sebagai “tuan”. Maka kita tidak lagi manusia,tetapi kita hanya sekedar pelayan dari kekayaan tersebut. Ketika kekayaan berfungsi sebagai “tujuan”, maka yang muncal adalah ketamakan, dan ketamakan adalah akar segala kejahatan. Baiklah kita ingat, bahwa kekayaan adalah pemberian Tuhan bukan pemberiaan setan. Maka kekayaan harus dimanfaatkan untuk kemuliaan Tuhan dan kepentingan sesama. Karena yang diberi banyak, maka ia dituntut banyak. Dan pada akhirnya yang paling menentukan bukan kekayaan atau kemiskinan, tetapi bagaimana kita menjalani kehidupan ini. Ingatlah, Kebahagiaan dimulai dengan rasa syukur untuk segala sesuatu yang dimiliki pada saat ini. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar